Rabu, 28 Oktober 2009

Kangen . . .

huhuhu...

Tana Ogi



Tanah Papua



beserta isinya ....

bingung.. ini lagu anak ato dewasa ......

shock ajah sebagai orang bugis, dapat video klip ini di youtube ...

Lagu bugis - Candoleng doleng


Selasa, 27 Oktober 2009

Majid Majidi, Sutradara Penuh Cinta

Zahra menangis dan merasa amat kesal saat sepatunya hilang oleh kakaknya, Ali. Di lain sisi, Ali pun khawatir jika kasus hilangnya sepatu adiknya itu ketahuan oleh sang Ayah. Maka mau tak mau, demi menutupi dari sang Ayah, mereka mesti bergantian memakai sepatu Ali untuk pergi bersekolah. Zahra yang masuk lebih pagi akhirnya harus berlari sepulang sekolah untuk menyerahkan sepatu yang ia pakai pada Ali.
Kejadian demi kejadian pun berlangsung, Ali beberapa kali harus berbohong pada gurunya karena ia terlambat. Bahkan pernah sekali waktu, ia harus dihukum karena tidak memakai kaus kaki akibat sepatunya basah setelah Zahra tak sengaja menjatuhkannya ke selokan. Sementara, sang adik selalu merengek-rengek pada Ali untuk segera mengganti sepatunya yang hilang.
Kegalauan Ali akhirnya terjawab. Suatu hari, ia melihat pengumuman di sekolah bahwa akan diadakan lomba lari marathon. Untuk juara kedua, hadiahnya adalah sepatu baru. Melihat kesempatan ini, Ali amat mengidam-idamkan untuk menjadi juara kedua agar ia bisa mengganti sepatu adiknya. Kemudian Ali pun bekerja keras agar gurunya mengijinkan ia mengikuti lomba tersebut. Dan walhasil, dari tes yang dilakukan, Ali-lah yang kemudian lulus menjadi delegasi sekolahnya untuk mengikuti lomba lari marathon tersebut.
Tak ada yang unik dan lucu dari lomba lari marathon tersebut. Semua berjalan normal, seperti di pertengahan jalan beberapa anak ada yang menyerah atau tertinggal. Keunikan hanya terjadi pada Ali. Ia yang mengincar juara dua selalu berusaha agar menempati posisi kedua bagaimanapun caranya dan dengan kecepatan larinya ia selalu mampu menjaga posisinya tetap di urutan kedua. Namun sayangnya, di beberapa meter menjelang garis finish, karena tak ingin tertinggal ia memacu langkahnya lebih cepat. Ia pun lupa kalau ia harus tetap berada di posisi kedua. Akhirnya Ali pun menjadi juara pertama.
Tapi, justru Ali tak senang dengan kemenangannya sebagai juara pertama karena itu artinya ia kehilangan hadiah sepatu untuk adiknya. Ali pun bersedih dan dengan terpaksa harus mengatakan kekalahannya pada adiknya. Melihat kegigihan kakaknya untuk mengembalikan sepatunya, Zahra akhirnya tidak tega. Alih-alih marah, ia justru membantu mengobati luka di kaki kakaknya hasil kerja keras untuk berlari menjadi pemenang. Di akhir cerita, sang Ayah tampaknya tahu nasib hilangnya sepatu Zahra dan rusaknya sepatu Ali untuk berlari. Tanpa sepengetahuan kedua anaknya, sang Ayah mempunyai kejutan sepatu baru buat Ali dan Zahra yang ia beli di pasar.


Dari Kerja Keras, Lahir Kebanggaan
Cerita tersebut adalah versi tertulis dan sinopsis dari film drama kehidupan yang bertajuk Children of Heaven. Film ini dikemas dengan sederhana dan mengangkat tema kehidupan sehari-hari di Iran. Dengan latar belakang komplek perumahan yang lengkap dengan interaksi masyarakat di dalamnya membuat film yang dibintangi dua bintang kecil, Amir Farrokh Hashemian (sebagai Ali) dan Bahare Seddiqi (sebagai Zahra) terasa dekat dengan aktivitas kita sehari-hari.
Film unik yang menyabet penghargaan Best Picture dari Festival Film Montreal dan menjadi nominator untuk kategori Best Foreign Film pada Academy Award tahun 2004 ini lahir dari kerja keras seorang sutradara asal Iran, Majid Majidi. Selain Children of Heaven sutradara muslim ini telah menelurkan beberapa judul film lainnya seperti Baduk (1992), Pedar (1996), The Color Of Paradise (1999), Baran (2001), dan The Willow Tree (2005).
Baran dan The Color of Paradise menjadi dua film lainnya yang mendapat penghargaan internasional pula. Baran bercerita tentang seorang pemuda bernama Latif. Latif yang bekerja di sebuah areal pembangunan gedung jatuh cinta pada seorang perempuan bernama Baran yang menyamar jadi laki-laki dan bekerja di tempat yang sama dengannya. Baran sendiri dikisahkan sebagai seorang perempuan Afghanistan yang mengungsi secara ilegal ke Iran.
Sementara The Color of Paradise menceritakan tentang sulitnya komunikasi antara anak yang bisu dan ayahnya yang merasa kehadiran sang anak menyusahkan kehidupannya. Kedua film ini menjadi simbolisasi atas opini Majid atas kehidupan sosial, budaya, dan politik di dunia.
Majid lahir di Tehran, Iran, tahun 1959. Ia lahir dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke atas. Latar belakang keluarganya yang demikian membuat ia peka terhadap fenomena-fenomena sosial, politik, maupun kemasyarakatan lain di sekitarnya. Itulah yang di kemudian hari mendorongnya untuk membuat film-film yang bersentuhan dengan kehidupan keseharian.
Laki-laki yang kini dikenal dunia internasional sebagai produser, penulis skenario, dan sutradara film ini mengawali karir perfilmannya saat ia berumur 14 tahun. Saat itu, ia mulai berakting kecil-kecilan di kelompok teaternya. Ternyata, naluri akting dan film-nya mulai nampak. Karenanya kemudian ia meneruskan sekolah ke Institute of Dramatic Art di Teheran.
“Saya mulai berakting dalam teater sekitar umur 13 atau 14 tahun. Saya tergila-gila pada akting, tapi membuat film membuat saya lebih tergila-gila. Akhirnya, kesempatan datang dan saya membuat film Baduk. Di Iran, ada tradisi untuk menampilkan seni teater sama seperti sebuah film,” tuturnya sutradara yang namanya kian dilirik dunia internasional ini.
Setelah Revolusi Islam di Iran pada 1978 yang menumbangkan kerajaan Dinasti Pahlevi, minatnya pada dunia sinematografi membawanya untuk membintangi berbagai film. Salah satunya film terkenal yang Majid bintangi berjudul Boycott garapan sutradara Mohsen Makhmalbaf pada 1985. Selain itu, ia juga sudah mulai merintis pembuatan filmnya sendiri dalam format film-film pendek dan film dokumenter.
Akhirnya, pada 2004, namanya tercantum sebagai satu-satunya sutradara dari Iran yang dinominasi pada Academy Award untuk film Children of Heaven. Berturut-turut setelah itu, namanya selalu tercantum sebagai pemenang maupun nominator di dunia internasional. Sebut saja beberapa penghargaan yang ia dapat antara lain kategori Best Picture untuk filmnya yang berjudul The Color of Paradise yang sekaligus terpilih sebagai 10 film terbaik menurut majalah Time selama tahun 2000. Film-film buah karya Majid pada akhirnya disebut-sebut sebagai film yang sarat nilai dan kaya akan simbolisasi kehidupan.



Film dan Kehidupan
Setidaknya, karya-karya Majid menyentuh tiga sisi. Pertama cerita tentang isu sosial politik yang sedang hangat dibicarakan dunia, seperti kasus pengungsi asal Afghanistan yang membanjiri Iran. Isu ini ia tuangkan dalam Baran yang bercerita tentang perempuan asal Afghanistan yang menyamar sebagai laki-laki untuk mendapatkan pekerjaan.
“Baran merupakan simbolisasi orang Afghanistan yang tidak bisa mengekspresikan dirinya. Orang-orang Afghanistan tidak bisa berbicara,” begitu penjelasannya mengenai diamnya tokoh Baran dalam filmnya.
Kedua, tentang sisi kehidupan yang nyaris tak terjamah karena sibuknya masyarakat pada berbagai masalah kehidupan. Dan ketiga, tentang cinta yang dikaitkan pada isu ras atau perbedaan golongan.
Film yang Majid muat memang diangkat dari kisah-kisah sederhana namun dibalik itu ia selalu menyelipkan pesan-pesan yang terkait dengan masalah sosial, budaya, hingga politik. Simbol-simbol itu nampak pada perilaku diamnya seseorang, kemiskinan yang menyebabkan kesulitan untuk berinteraksi dengan sesama, hingga kesulitan komunikasi akibat masalah fisik maupun mental.
Majid sendiri mengaku tidak menghindar dari masalah politik, tapi ia justru memberinya sentuhan lebih mencoba memberikan sesuatu yang bernilai dengan memberikan sentuhan manusiawi. Ini semua terkait dengan latar belakang budayanya yang dibesarkan di Iran. Menurutnya, Iran adalah negara tua yang punya sejarah budaya tersendiri. Budaya Iran banyak dipenuhi puisi-puisi yag bersentuhan dengan kehidupan manusia. Pada akhirnya, tradisi tersebut merambah ke semua sisi kebudayaan yang didukung oleh kepercayaan yang masyarakat Iran miliki. Karenanya memunculkan kembali sisi dan nilai-nilai kemanusiaan menjadi semacam kerangka kerjanya dalam membuat sebuah film.
“Sekarang, dunia dan negeri Barat mulai melupakan sisi-sisi kemanusiaan, nilai-nilai kebudayaan, dan saling menyayangi, “ jelasnya, “Saya selalu mencari perasaan terjujur dan hadiah paling indah dunia, contohnya seperti kebajikan. Dalam rasa hormat itu, saya menemukan bahwa tidak ada dunia yang lebih sederhana, murni, dan begitu indah selain dunia anak-anak. Saya mengambil dunia anak-anak ini dengan sungguh-sungguh, karena ia amat dekat dengan kenyataan. Ketika kita melihat Children of Heaven, selain ada anak-anak juga ada orangtua mereka.
Majid juga berupaya memberikan gambaran pada dunia tentang seperti apa Islam sebenarnya. Terbukti bahwa film Baran kemudian menjadi representasi penggambaran wanita Islam yang mengimbangi prasangka negatif dunia Barat bahwa wanita dalam Islam pun pada kenyataannya mempunyai hak yang sama dalam memilih dan menjalani kehidupan. Ia juga berupaya menampilkan citra umat Islam yang bisa hidup berdampingan walau berbeda bahasa dan suku.
Keberhasilan film-film Majid di dalam negeri maupun dunia internasional menjadi kebanggaan tersendiri pada negeri Iran khususnya dan masyarakat Islam pada umumnya. Masa-masa awal karirnya, Iran adalah negeri yang amat membatasi diri pada sesuatu yang berasal dari luar, terutama Barat. Akhirnya, banyak kebijakan yang pada akhirnya menyulitkan masyarakat Iran untuk bisa mengeksporasi kemampuannya dan berkreasi dengan maksimal.
Majid mengaku beberapa temannya sesama sutradara ada yang ditangkap pemerintah karena film-filmnya dinilai tidak sesuai dengan peraturan. Dengan keterbatasan itulah, Majid justru bangkit untuk mengemas sesuatu lebih cantik dan sederhana. Film-film Majid minim efek suara maupun lagu-lagu pendukung. Jangankan efek visual, tampilan gambarnya bahkan amat natural apa adanya. Tapi, di balik kekurangan itu, film Majid tampil dengan keunikan tersendiri yang justru menjadi nilai lebih untuk kontribusi dunia perfilman dunia, terlebih yang berasal dari dunia Islam.
“Ada perbedaan di antara masyarakat pada sisi ekonomi dan teknologi. Namun, nilai-nilai kemanusiaan adalah nilai yang universal karena manusia diciptakan sama oleh Tuhan. Tentu saja perasaan, emosi dan aspirasi seperti cinta, persahabatan, kepahlawanan, dan sebagainya ada di setiap manusia. Bahasa seni dapat memfasilitasi dan membawa semua orang dalam perasaan yang sama tentang kemanusiaan walaupun berbeda ras, budaya, dan negara. Saya pikir film-film Iran telah menemukan bahasa ini dan dunia saat ini. Kehausan akan cinta dan persahabatan dimengerti tanpa kesulitan,” jelasnya mengomentari keberhasilan film-film Iran.





Beberapa Penghargaan yang Diterima Majid Majid
Jury Award of San Sebastian Film Festival, 1996.
Montreal International Film Festival untuk kategori Best Picture, 1997.
Grand Prix of Americas Best Film, 21th Montreal Festival untuk World Films, 1999. Nominasi pada Academy Awards untuk kategori Best Foreign Film, 1999.
Terpilih sebagai satu dari 10 film terbaik sepanjang tahun 2000 oleh Majalah Time.
Oecumenical Special Award, 25th Montreal Film Festival, 2001.
Grand Prix Des Ameriques, 25th Montreal Film Festival, 2001.
Penghargaan Douglas Sirk Award pada 2001.
Penghargaan Amici Vittorio de Sica Award pada 2003.
Tehran Fajr Festival, meraih empat penghargaan, 2005.

source : dari blog lain..lupa namanya ..maap ..maap ...maap

Senin, 26 Oktober 2009

Mencari "Manusia Bugis"



udah beberapa bulan ini, mencari ini buku ... tapi blum dpat juga ....
Photobucket

Judul : Manusia Bugis
Penulis : Christian Pelras
Penerbit : Nalar, Jakarta
Tahun : Februari 2006
Hal. : xxxxiv + 450 hlm.

Selasa, 20 Oktober 2009

Babi Buta Ingin Terbang

Photobucket
Babi Buta Ingin Terbang, (2008) 77 menit Sutrdara : Edwin,
sinematografer, Sidi Saleh; dan produser, MeiskeTaurisia. Pemain : Ladya Cheryl, Pong Harjatmo, Andhara Erly, Joko Anwar, dan Carlo Genta
FIPRESCI winner, 2009 International Film Festival Rotterdam.
South Korea 3 October 2008 (Pusan International Film Festival)
Canada 5 October 2008 (Vancouver International Film Festival)
Philippines 19 October 2008 (Cinemanila International Film Festival)
Netherlands 24 January 2009 (International Film Festival Rotterdam)
Japan 15 March 2009 (Osaka Asian Fim Festival)
Argentina 26 March 2009 (Buenos Aires Festival Internacional de Cine
Independiente)
Turkey 5 April 2009 (International Istanbul Film Festival)
Hong Kong 10 April 2009 (Hong Kong International Film Festival)
Singapore 22 April 2009 (Singapore International Film Festival)


Film ini cukup provokatif, ditampilkan tidak dalam bentuk naratif secara waktu ato sebab akibat sehingga penonton dipaksa menyusun sendiri dan mesnapshoot dalam ingatan puzzle dihamparkan selama 77 menit.
cukup banyak simbol2 yang ditampilkan dalam film ini, dengan berlatarbelakang cerita sulitnya hidup sebagai keturunan etnis thionghoa pada kelas menengah bawah di negeri indonesia yang tercinta ini. dengan mencoba menghangatkan kembali kepada penonton tentang Tragedi Mei 1998 serta perlakuan2 diskriminasi yg menimpa keturunan etnis thionghoa dengan mengambil tempat di surabaya.
bercerita tentang seorang dokter keturunan etnis thionghoa yang sangat doyan menendangkan lagunya stevie wonder dirumah dan dit4 prakteknya melalui tape compo jadulnya ... yg karena keseringan memperdengarkan sehingga keluarga, suster dan pasiennya pun ikut mendendangkan lagu ini. penggunaan kacamata hitam sang dokter, mungkin menjadi cara dia menutup identitas diri sebagai seorang etnis thionghoa dan maksud dari adegan sang dokter yg ingin mengiris matanya dengan alat bedah ..masih menjadi pertanyaan sy ...
si dokter hidup bersama seorang istri mantan pemain bulutangkis nasional yang telah gantung raket dikarenakan merasa penghargaan bangsa ini terhadap ini nasionalisme yang dia tunjukkan di lapangan bulutangkis masih selalu dipertanyakan karena dia seorang keturunan etnis thionghoa. juga serta seorang anak perempuan, yg berawal dari kegemaran bermain petasan karena dipercaya dapat mengusir hantu hingga mencoba meledakkan petasan di mulutnya atau pemakan petasan.... dan merasakan terjadinya diskriminasi pada lingkungannya bersama teman laki2nya yg selalu menjadi korban pemukulan anak2 dikampungnya . . .
Yg menarik disini, simbolisasi yang ditampilkan sangat bebas makna, malah kadang dibungkus apik sehingga bisa dianggap sekedar sebuah adegan lelucon...seperti ungkapan sang dokter yg ingin masuk Islam saat sang istri sedang menonton siaran rohani,... adegan aktivitas anal sex dan oral sex terhadap sang dokter oleh sepasang homoseksual diruang prakter dokter, yg merupakn kesepakatan dokter sebelumnya jika pasangan itu berhasil memberikan jalur kemudahan bagi si suster (yang akan dinikahi oleh dokter) untuk mengikuti planet idol ...cuman yg sedikit risih, durasi adegan ini cukup lama, mungkin ada nilai yg ingin ditekankan oleh pembuat filemnya... apalagi ditambah dg penampilan dari pasangan homoseksual tersebut ... jika sedikit cermat lebih dalam....anda akan senyum2 simpul sambil ngangguk dan garuk kepala....
begitupulan penampilan si suster di pentas planet idol dg berjilbab... sempat ngakak sendiri... kamsudnya ??? hehehe . oh iya lupa, dokter ingin masuk islam mungkin agar ada kesempatan berpoligami...hahaha...
xixixxi.. sebagaimana film sejenis ini yg sarat dg simbol sehingga penonton bebas memaknainya . . . sebagaimana pemaknaan sy yg cukup ngelantur ini...
High rekomended lah ntuk di tonton....

opss...lupa.. dan bagaimana dengan babinya yg buta dan ingin terbang itu ...???? liat ajah sendiri deh...binun juga nehh

[ditonton saat Q Festival Film 2009 di Surabaya]

Minggu, 11 Oktober 2009

Johari window


LATAR BELAKANG MASALAH

Komunikasi antar pribadi merupakan aspek yang sangat penting dalam teori komunikasi, oleh sebab itu perlu diadakan studi lebih lanjut tentang cara yang terbaik untuk memanfaatkannya, penulis mencoba menganalisa salah satu teori tentang konsep diri diri yang berkaitan dengan komunikasi antar pribadi untuk menciptakan komunikasi yang lebih baik.
Konsep diri merupakan Faktor yang sangat penting dan menentukan dalam komunikasi antar pribadi. Kunci keberhasilan hidup adalah konsep diri positip. Konsep diri memainkan peran yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang, karena konsep diri dapat dianalogikan sebagai suatu operating system yang menjalankan suatu komputer. Terlepas dari sebaik apapun perangkat keras komputer dan program yang di-install, apabila sistem operasinya tidak baik dan banyak kesalahan maka komputer tidak dapat bekerja dengan maksimal. Hal yang sama berlaku bagi manusia.
Konsep diri adalah sistem operasi yang menjalankan komputer mental, yang mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Konsep diri ini setelah ter-install akan masuk di pikiran bawah sadar dan mempunyai bobot pengaruh sebesar 88% terhadap level kesadaran seseorang dalam suatu saat. Semakin baik konsep diri maka akan semakin mudah seseorang untuk berhasil. Demikian pula sebaliknya.
Kita dapat melihat konsep diri seseorang dari sikap mereka. Konsep diri yang jelek akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak berani mencoba hal-hal baru, tidak berani mencoba hal yang menantang, takut gagal, takut sukses, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa diri tidak berharga, merasa tidak layak untuk sukses, pesimis, dan masih banyak perilaku inferior lainnya.
Sebaliknya orang yang konsep dirinya baik akan selalu optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses, berani gagal, percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, bersikap dan berpikir positip, dan dapat menjadi seorang pemimpin yang handal.

PERMASALAHAN

Diatas kita agak banyak membicarakan konsep diri Positif, karena dari konsep diri positif lahir pula pola perilaku komunikasi antar pribadi yang positip pula yakni melakukan persepsi yg lebih cermat dan mengungkapkan petunjuk-petunjuk yang membuat orang-lain menafsirkan kita dengan cermat pula. Komunikan yang berkonsep diri positip adalah Komunikan yg Tembus Pandang1 ( transparent ).
Dengan bersikap Tembus Pandang berarti kita membuka diri, kita menjadi lebih terbuka terhadap pengalaman-pengalaman gagasan-gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif serta lebih cermat dalam memandang dan menilai diri kita sendiri juga orang lain.
Hubungan antara Konsep diri dan membuka diri dapat dijelaskan dengan Johari Window. Dalam Johari Window tingkat keterbukaan dan tingkat kesadaran tentang diri kita.

JOHARI WINDOW ( JENDELA JOHARI )

Joseph Luft dan Harrington Ingham , mengembangkan konsep Johari Window sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan sebagai sebuah jendela. ‘Jendela’ tersebut terdiri dari matrik 4 sel, masing-masing sel menunjukkan daerah self (diri) baik yang terbuka maupun yang disembunyikan. Keempat sel tersebut adalah daerah publik, daerah buta, daerah tersembunyi, dan daerah yang tidak disadari. Berikut ini disajikan gambar ke 4 sel tersebut. Johari Window

Open area adalah informasi tentang diri kita yang diketahui oleh orang lain seperti nama, jabatan, pangkat, status perkawinan, lulusan mana, dll. Ketika memulai sebuah hubungan, kita akan menginformasikan sesuatu yang ringan tentang diri kita. Makin lama maka informasi tentang diri kita akan terus bertambah secara vertical sehingga mengurangi hidden area. Makin besar open area, makin produktif dan menguntungkan hubungan interpersonal kita.

Hidden area berisi informasi yang kita tahu tentang diri kita tapi tertutup bagi orang lain. Informasi ini meliputi perhatian kita mengenai atasan, pekerjaan, keuangan, keluarga, kesehatan, dll. Dengan tidak berbagi mengenai hidden area, biasanya akan menjadi penghambat dalam berhubungan. Hal ini akan membuat orang lain miskomunikasi tentang kita, yang kalau dalam hubungan kerja akan mengurangi tingkat kepercayaan orang

Blind area yang menentukan bahwa orang lain sadar akan sesuatu tapi kita tidak. Misalnya bagaimana cara mengurangi grogi, bagaimana caranya menghadapi dosen A, dll. Sehingga dengan mendapatkan masukan dari orang lain, blind area akan berkurang. Makin kita memahami kekuatan dan kelemahan diri kita yang diketahui orang lain, maka akan bagus dalam bekerja tim.

Unknown area adalah informasi yang orang lain dan juga kita tidak mengetahuinya. Sampai kita dapat pengalaman tentang sesuatu hal atau orang lain melihat sesuatu akan diri kita bagaimana kita bertingkah laku atau berperasaan. Misalnya ketika pertama kali seneng sama orang lain selain anggota keluarga kita. Kita tidak pernah bisa mengatakan perasaan “cinta”. Jendela ini akan mengecil sehubungan kita tumbuh dewasa, mulai mengembangkan diri atau belajar dari pengalaman

Yang dimaksud dengan daerah publik adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh dirinya dan orang lain. Daerah buta adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh orang lain tetapi tidak diketahui oleh dirinya. Dalam berhubungan interpersonal, orang ini lebih memahami orang lain tetapi tidak mampu memahami tentang diri, sehingga orang ini seringkali menyinggung perasaan orang lain dengan tidak sengaja. Daerah tersembunyi adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh diri sendiri tetapi tidak diketahui oleh orang lain. Dalam daerah ini, orang menyembunyikan/menutup dirinya. Informasi tentang dirinya disimpan rapat-rapat. Daerah yang tidak disadari membuat bagian kepribadian yang direpres dalam ketidaksadaran, yang tidak diketahui baik oleh diri sendiri maupun orang lain. Namun demikian ketidaksadaran ini kemungkinan bisa muncul.
Oleh karena adanya perbedaan individual, maka besarnya masing-masing daerah pada seseorang berbeda dengan orang lain. Gambaran kepribadian di bawah ini dapat memberikan contoh mengenai daerah-daerah dalam Jendela Johari.

Johari Window

Pengenalan diri dapat dilakukan melalui 2 tahap, tahap yang pertama pengungkapan diri (self-disclosure) dan tahap yang kedua menerima umpan balik ( Feedback ). Tahap pengungkapan diri, orang memperluas daerah C (lihat gambar 2), sedangkan untuk memperluas daerah B dibutuhkan umpan balik dari orang lain (lihat gambar 3). Akhirnya, ia akan mempunyai daerah publik (A) yang semakin luas (lihat gambar 4).

KASUS

Dian, gadis pemalu, ia selalu sulit menjalin pergaulan. Sangat jarang ia dapat menceritakan perasaan, keinginan, dan fikiran-fikiran yang ada pada dirinya. Akibatnya, ia kurang dikenal oleh teman sepergaulannya.

Kemungkinan besar, Dian mempunyai daerah publik (A) yang kecil, sedangkan daerah yang tersembunyi lebih besar (C) atau Siti mempunyai daerah buta yang lebih besar (B), sebab kelebihan yang merupakan aset bagi dirinya tidak disadarinya atau dilihat orang lain.
Semakin luas daerah A dapat dikatakan seseorang mempunyai konsep diri yang positif. Ia telah tahu, baik dalam kuantitas maupun kualitas, kekuatan dan kelemahan dirinya. Orang semakin bebas untuk menentukan langkahnya, topeng-topeng yang dipakainya semakin terkuak dan ditinggalkannya. Ia menjadi pribadi yang matang, percaya diri, tidak takut menghadapi kegagalan, dan siap mengahadapi tantangan.

KESIMPULAN

Setelah seseorang melakukan upaya mengenali kekuatan dan kelemahan diri, orang lain akan menyadari siapa saya? Mengenal diri bukanlah tujuan. Pengenalan diri adalah sebagai wahana (sarana) untuk mencapai tujuan hidup. Oleh karenanya, setelah seseorang dapat menjawab pertanyaan siapa saya? maka pertanyaan selanjutnya adalah saya ingin menjadi siapa? Jawaban atas pertanyaan tersebut tentunya beragam, sesuai dengan peran-peran yang dimainkannya. Manusia memiliki kemampuan untuk mengubah atau mengembangkan diri.

Di Presentasikan oleh Andry Teja

DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi.Cetakan 2004

source : http://meiliemma.wordpress.com/

Rabu, 07 Oktober 2009

Bobby : Wajah Amerika yang Sakit

Yang ingin dikatakan film ini sebetulnya sederhana: Amerika Serikat (AS) pada 1968. Akan tetapi, sutradara Emilio Estevez tak melakukannya dengan sederhana. Ia menabur lebih dari selusin bintang –dari Anthony Hopkins, Demi Moore, Laurence Fishburne, hingga Martin Sheen– untuk menjadi daya tarik film ini. Sayangnya, ia menciptakan setengah selusin jalan cerita (subplot) yang membikin sebagian penonton lumayan terengah-engah.

Meski begitu, Estevez menunjukkan orisinalitasnya, yakni pada bagaimana ia menggambarkan wajah AS pada 1968 itu. Estevez membonceng kisah tragis Robert Francis Kennedy –senator AS yang tewas ditembak tahun itu. Namun, Bobby (2006) sendiri dimulai dengan cerita kematian tokoh kemanusiaan Martin Luther King yang juga mati ditembak.

Ketika King tewas, AS saat itu adalah sebuah negara adidaya yang tengah sakit. Dililit perang Vietnam, AS juga mengalami guncangan besar kebudayaan, euforia demokrasi, dan huru-hara rasialisme. Robert F Kennedy –akrab dipanggil Bobby– muncul sebagai calon presiden AS sekaligus harapan terakhir negeri Paman Sam untuk mengakhiri blunder Richard Nixon.

Syahdan, di jantung kota Los Angeles. Manajer Hotel Ambassador, Paul (William H Macy), dibuat sibuk mempersiapkan perhelatan besar. Sebuah hajatan akbar, dan kelak yang paling bersejarah, bakal berlangsung di ballroom hotel berbintang itu, yakni kampanye senator Robert F Kennedy.

Kemenangan Kennedy di LA disebut-sebut sebagai kunci kemenangan dia di seantero negeri. Kemenangan yang disebut-sebut bakal mengubah wajah AS. Dan, itu dimulai di hotel berbintang Ambassador. Tapi kemudian, sutradara Estevez bergerak metaforis. Ia menjadikan romantika kehidupan di Hotel Ambassador sebagai wajah AS itu sendiri, yakni mikrokosmos bagi pertarungan kelas, ras, drama politik, sekaligus skandal percintaan. Film pun mulai bercabang-cabang bagai ranting pohon.

Kamera lantas menyorot ke dapur hotel. Pada ruangan berbalut cat biru muda ini, konflik ras menemukan wujudnya yang vulgar. Manajer dapur yang rasialis, Timmons (Christian Slater), secara tak adil menugaskan dua koki berdarah Meksiko untuk piket ganda. Jadwal kerja ini mematikan kesempatan keduanya ikut pada pemilihan umum presiden AS.

Paul, manajer hotel, murka. Timmons dituding rasialis dan, lebih dari itu, dituduh tak menyokong pesta demokrasi. Ia dipecat. Tema demokrasi menjadi pesan penting drama politik Bobby.

Simaklah ketika seorang reporter asal koran Chekoslovakia, Lenka Janacek (Svetlana Metkina) ditolak mentah-mentah tim kampanye Bobby mewawancarai sang senator lima menit. Alasannya sederhana. Di Cheko tak ada pemilu dan, karenanya, Cheko bagai negara haram bagi AS.

Kemudian muncul kisah pasangan Romeo-Juliet, William (Elijah Wood) dan Diane (Lindsay Lohan), yang baru saja memutuskan menikah di salah satu kamar Hotel Ambassador. Ini bukan pernikahan biasa. Diane tak sekadar ingin dipersunting lelaki pujaannya, tetapi juga ingin melawan negaranya. Lewat pernikahan ini, Diane telah membebaskan William dari wajib militer ke Vietnam.

Kemudian film bergerak pada sosok Miriam (Sharon Stone), kru tata rias hotel. Miriam baru tersadarkan kesetiaannya baru saja disobek-sobek Paul, suaminya, yang diketahuinya berselingkuh dengan seorang petugas penerima telepon hotel.

Film lantas beringsut pada kehidupan Virginia Fallon (Demi Moore) yang mengalami kebuntuan hidup. Fallon adalah penyanyi yang kariernya mulai padam, namun ia didapuk menyanyi pada prosesi penyambutan Bobby di hotel itu. Tapi, ia terus menerima rongrongan dari suaminya, Tim (Emilio Estevez), yang berujung kehampaan hidup.

Secara sepintas, diceritakan pula tentang kehidupan pensiunan John Casey (Anthony Hopkins), seorang mantan pekerja Ambassador, yang kini menghabiskan waktunya bermain catur di lobi hotel tersebut. Mereka menunggu Bobby tiba di hotel ini, berpidato, dan kelak membawa perubahan bagi AS dan mereka.

Dua orang tim kampanye Bobby, Cooper (Shia LaBeouf) dan Jimmy (Brian Geraghty), adalah sosok pemuda idealis yang percaya demokrasi dan Amerika yang berubah. Lucunya, keduanya malah jatuh teler akibat obat bius menjelang Kennedy tiba di hotel itu.

Satu-satunya wajah yang tak muram adalah kehidupan pasangan Jack (Martin Sheen) dan Samantha (Helen Hunt). Mereka adalah salah satu penyokong dana kampanye Robert F Kennedy yang sukses mengatasi kegalauan hidup AS pada 1968 dengan kembali pada diri sendiri.

Begitulah Estevez. Ia membuat kita bagai keluar masuk partisi-partisi. Ada lebih dari setengah lusin subplot berseliweran dalam film berdurasi 111 menit ini. Penonton, yang kurang biasa menikmati penyajian kontemporer ini, akan sedikit terganggu. Namun, taburan para bintang membikin film ini seperti karnaval yang ramai. Dan, dialog-dialog yang menghanyutkan cukup membikin kita sabar menunggu, menunggu, dan menunggu ujung cerita film ini.

Hingga akhirnya ke-24 tokoh fiksi itu berjumpa pada satu muara, yakni ballroom Hotel Ambassador. Di situlah Bobby Kennedy menyampaikan pidato kampanyenya yang inspiratif. Beberapa menit kemudian ia tewas ditembak di dapur hotel tersebut.

Inilah akhir emosional film Bobby: Kematian Bobby yang mengguncang. Perasaan campur aduk pun muncul –antara terkejut dan hambar. Bukan perasaan yang sederhana, seperti halnya plot film ini yang dibuat tak sederhana.

Sumber : www.republika.co.id

Kamis, 01 Oktober 2009

Kaos ku

beberapa kaos distro clothing yang sy beli di FJB Kaskus

Photobucket

Photobucket


Photobucket

Photobucket


Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

akan diupdate, hasil shoopingny di FJB Distro Clothing Kaskus


cheers ..buat yg punya lapak ... maaf, designnya sy posting disini